bilang saja aku sipengcut, dengan sejuta angan.
hati si pria yang rapuh tak beralasan.
usang sudah, lupakan saja tatapan itu.
mata 11.45 yang selalu berujung perpisahan.
tak perlu lagi ku menunggu, tatapan itu bukan lagi bisa ku sentuh.
anganmu pun hancur di balik senyumnya.
bagaikan ilalang yang harus mati tanpa ada kenangan.
bagai daun yang gugur tanpa kerinduan.
tak ada lagi yang butuh akan anganmu.
anganmu pun hancur di balik gaun putih kebanggaannya.
bagaikan batu karang yang sepi tanpa ombak menghampiri.
bagai cangkang yang dibuang oleh siput si pemimpi.
tak ada lagi yang butuh akan anganmu.
mengapa engkau masih berdiri, sedangkan hati mu pun sudah mati.
si pengecut yang tak pernah tahu akan jawabannya hatinya.
letakkan saja kedua tanganmu tepat di depan matamu, agak tak pernah lagi kau berharap akan senyum itu.
tak ada lagi yang butuh akan perasaanmu.
jika gelap ini usai, sampaikan tiada lagi angan itu.
angan si pria berhati rapuh.
Jonek, 2018